Mengemudi di jalan menanjak atau tanjakan membutuhkan ketenangan dan skill mengemudi yang memadai, khususnya di wilayah pegunungan dengan kontur jalan dinamis. Dikutip dari Kompas.com, tanjakan merupakan salah satu kondisi jalan yang kerap menyebabkan kecelakaan lalu lintas.

Adanya titik buta di balik tanjakan menyebabkan Anda tidak tahu apa yang akan terjadi setelah mencapai ujung tanjakan. Maka dari itu, jalan menanjak biasanya sudah diberi rambu-rambu berupa petunjuk atau dari garis marka jalan tidak putus yang berarti dilarang mendahului.

Namun, masih ada pengguna jalan yang mengabaikan tanda serta risiko menyalip kendaraan di tanjakan. Di jalan lurus saja, Anda harus melakukan perhitungan matang sebelum mendahului, apalagi kalau harus menyalip di jalur tanjakan.

Anda bisa melihat adanya garis marka jalan lurus tidak terputus yang artinya dilarang untuk mendahului. Khususnya di lajur mendaki karena mobil membutuhkan tenaga besar untuk menanjak. Jelas berbahaya jika malah dipaksakan menyalip di tengah kebutuhan tenaga untuk melaju naik.

Selain itu, Anda akan memotong mobil di depan yang sedang menanjak saat dari arah berlawanan ada mobil lain. Hal ini akan mengganggu konsentrasi pengemudi mobil di depan dan membuatnya kehilangan momentum yang dapat berakhir gagal menanjak.

Anda wajib melihat kondisi arus lalu lintas kendaraan yang berjalan dari arah berlawanan. Bila tidak memungkinkan, sebaiknya menunggu hingga kondisi benar-benar aman yang ditandai dengan marka jalan garis putus-putus.

Bagaimana kalau ternyata marka jalan di tanjakan tersebut putus-putus?

Anda dibolehkan menyalip namun wajib memastikan tidak ada mobil dari arah atas yang melaju kencang dan tenaga mobil memadai untuk menanjak sekaligus menyalip. Perhitungkan pula muatan kendaraan, kalau full sebaiknya urungkan niat untuk mendahului meskipun memungkinkan.

Sumber : https://www.toyota.astra.co.id/corporate-information/news-promo/read/sebab-dilarang-menyalip-di-jalan-menanjak-waspada-blind-spot-dan-tenaga-mobil-kurang